Pentingnya konsentrasi pada pekerjaan

konsentrasi memang dapat dikatakan sebagai inti dari produktivitas. Tanpa memiliki kemampuan konsentrasi yang tinggi sulit rasanya bagi kita untuk mengharapkan adanya hasil kerja yang memuaskan.

Banyak penemu, para aktor, para profesional, hingga seorang presiden, mampu menyelesaikan pekerjaannya yang bertumpuk-tumpuk, menghadapi berbagai persoalan yang beragam tiap hari, karena kemampuan konsentrasi mereka yang luar biasa. Bahkan, seorang penjahat pun membutuhkan konsentrasi.

Tahukah Anda, salah satu penjahat perampok bank terkemuka di AS, yang seumur hidupnya mencuri hampir US$2 juta yakni William "Willie" Sutton, ketika menjelang akhir hayatnya ditanya tentang rahasia keberhasilannya men-je-bol bank. Jawaban yang diberikan adalah, "Sukses dalam segala hal, membutuhkan per-ha-tian yang terarah serta konsentrasi yang tinggi".

Sama seperti halnya otot-otot manusia, saya pun percaya bahwa sebenarnya kemampuan konsentrasi adalah sesuatu yang dapat dilatih. Asal saja kita tahu serta mau melatihnya. Masalahnya, terkadang kita terlalu cepat menyerah pada situasi.

Sebagai contoh bayangkanlah skenario berikut ini. Anda mempunyai sebuah buku ataupun dokumen yang harus Anda pelajari. Saat duduk di kursi, Anda tiba-tiba merasa lapar, lantas Anda pun pergi ke dapur sebentar untuk mencari makanan ringan yang bisa Anda makan.

Lantas, Anda pun kembali ke ruang kerja, di mana sekonyong-konyong Anda mendengar obrolan di ruang tamu. Anda pun jadi pasang kuping mendengarkan. Tiba-tiba Anda pun tergoda untuk nimbrung dalam obrolan tersebut di ruang tamu.

Sementara itu, di ruang tamu, ada televisi menyala dan pembawa acara sedang membe-ritakan peristiwa penting pada minggu ini. Anda pun bersama orang di ruang tamu tersebut mulai mengomentari peristiwa tersebut.

Setelah berita tersebut selesai, Anda pun pamit kembali ke ruang kerja Anda karena dokumen yang perlu dibaca. Saat duduk kembali di ruang kerja, Anda membolak-balik dokumen tersebut dan merasakan malas sekali. Merasa tebiasa dengan kisah seperti itu?

Jadi kalau kita perhatikan, musuh terbesar untuk berkonsentrasi sebenarnya adalah daya kemauan kita serta disiplin diri kita dengan apa yang kita kerjakan. Selama kita cepat menyerah dengan situasi, maka daya kemauan kita pun akan melemah.

Tatkala daya kemauan kita melemah, pikiran kita pun akhirnya jadi terombang-ambing oleh berbagai keadaan yang terjadi di sekeliling kita.

Enam teknik jitu

D engan daya kemauan yang tinggi, minimal saya bisa mem-berikan enam teknik jitu yang bisa melatih konsentasi Anda.
# Teknik 'Five more'

Teknik ini sangat sederhana yakni teknik un-tuk men-stretch batas Anda sendiri. Hal ini dapat Anda pergunakan misalkan pada saat Anda ingin berhenti ataupun pada saat Anda merasa bahwa pikiran Anda mulai melayang ke mana-mana, cobalah untuk katakan pada diri Anda sendiri, "Tambah lima lagi".

Yang disebut lima di sini bisa berarti lima halaman lagi, lima paragraf lagi, lima menit lagi, lima hitungan lagi, dll. Intinya adalah, Anda mengatakan kepada diri Anda sendiri untuk bertahan beberapa saat lagi, sebelum Anda berhenti.
# Teknik 'Kaca mata kuda'

Teknik ini sebenarnya diinspira-sikan dari kebiasaan yang dila-kukan oleh para pemilik kuda dengan kuda-kuda mereka. Apa-kah yang dilakukan terhadap kuda supaya mereka fokus ke depan dan tidak terganggu oleh keadaan di sekelilingnya?

Benar! Kuda-kuda itu ditutup matanya supaya mereka tetap tidak terganggu konsentrasinya. Nah, cara demikian pun bisa kita laku-kan yakni pertama-tama de-ngan berjanji bahwa pada waktu seka-rang, kita akan fokus pada sa-tu pe-kerjaan tertentu. Misalkan sa-at ini, Anda sedang membuat pre-sen-tasi Anda untuk besok, tetapi tiba-tiba teringat barang belanjaan Anda.

Jika masih memungkinkan ditunda, selesaikan pekerjaan saat ini dan katakan bahwa setelah selesai, Anda akan mengurusi barang belanjaan tersebut. Kadang-kadang, saya bahkan menyarankan aplikasi teknik ini yang lebih lucu, yakni sengaja membuat jari-jari membentuk lingkaran ke mata Anda seolah-olah ada teropong.
# Teknik 'Karantina'

Dengan teknik ini, Anda berusaha meng-atasi ataupun menghindari hal-hal yang biasanya mengganggu dan menjadi sumber pengacau kon-sentrasi Anda.

Misalkan jika telepon Anda me-rupakan gangguan, mungkin Anda bisa mematikan sejenak ataupun meminta kepada orang lain meng-angkatnya untuk Anda, dalam wak-tu sementara. Ataupun, ba-rang-kali Anda menemukan tempat yang pas dan sangat cocok untuk berkonsentrasi, Anda pun bisa mengasingkan diri, ke tempat itu se-jenak hingga pekerjaan Anda tun-tas.
# Teknik 'Sogokan'

Kenyataan menunjukkan bahwa pikiran kita pun senang diberikan sogokan. Bukankah teknik ini sering kali kita lakukan saat ketika seorang anak mulai bosan dan tidak mau melakukan sesuatu yang diminta, lantas kita pun berkata padanya, "Ka-lau kamu melakukan hal ini, maka se-telah selesai kamu akan memperoleh apa yang kamu sukai".

Apa yang terjadi? Sering kali, dengan bersemangat anak tersebut begitu cepatnya menyelesaikan apa yang tadinya tidak mau ia kerjakan. Begitu juga dengan pikiran kita. Kita pun dapat menggunakan teknik dengan mengatakan pada diri kita, "Kalau saya menyele-saikan dokumen ini ataupun saat saya menyelesaikan membaca buku ini, saya akan menikmati apa yang saya inginkan yakni...".
# Teknik 'Bel istirahat'

Bayangkanlah seperti pada waktu sekolah dulu, ada kalanya, kita membutuhkan bel istirahat karena pikiran kita telah terasa begitu jenuhnya. Saya masih ingat, ketika bel berbunyi, anak-anak di kelas begitu gembira dan berlari keluar untuk beristirahat dan bermain. Dan setelah bel selesai, mereka bisa kembali berkonsentrasi lagi.

Begitulah, dalam hal pekerjaan, mungkin kita pun membutuhkan bel istirahat semacam ini karena sudah terlalu jenuh. Hanya saja, ingatlah untuk tidak beristirahat terlalu lama.
# Teknik 'Ganti frekuensi'

Teknik ini sebenarnya sederhana yakni membantu kita tetap ber-kon-sentrasi dengan cara meng-ganti ke 'saluran' yang lain supaya kita tidak terlalu jenuh dengan pe-kerjaan yang "itu lagi-itu lagi'.

Ini mirip dengan menghindari ke-bosanan karena terus-menerus men-dengarkan ataupun mengikuti saluran radio ataupun TV tertentu. Nah, supaya nggak bosan, kita pun pindah ke saluran yang lain terlebih dahulu karena yang ada di depan An-da saat ini, tampak membosankan.

Dengan demikian, tatkala ada kesempatan lagi, kita bisa kembali ke gelombang ataupun saluran saat utama pekerjaan kita.

Tidak ada komentar: