APAKAH ANDA PEMALAS ?

Apakah Tanpa Disadari Ternyata Anda Pemalas?
Kategori Individual
Oleh : Veronica Adesla, S.Psi
Jakarta, 8/22/2008

SUDAH 63 tahun Indonesia merdeka, namun kondisi bangsa Indonesia masih saja terpuruk, masih sangat jauh dari cita-cita Proklamasi. Selama kurun waktu lebih dari enam dasa warsa itu, lima orang presiden silih berganti mengendalikan roda pemerintahan di Indonesia. Namun, keterpurukan itu masih saja membelenggu. Faktor utama pemicu keterpurukan bangsa Indonesia itu, terletak pada sikap mental komponen anak bangsa yang keropos. Yakni, lebih banyak komponen anak bangsa yang terjangkit "penyakit" miskin mental dibandingkan yang kaya mental.

Hal itu ditegaskan motivator nomor satu Indonesia Andrie Wongso pada acara talkshow "Dari Bali Kita Bangkitkan Kembali Semangat Nasionalisme Indonesia Berdasarkan Budi" yang digelar Inti Bali bersama Kelompok Media Bali Post. Acara ini digelar serangkaian 100 Tahun Kebangkitan Nasional di Gedung Ksirarnawa Taman Budaya Bali, Senin (26/5) kemarin.

"Penyakit" miskin mental itu, kata Andrie Wongso, teraktualisasi dalam bentuk malas, loyo, tidak disiplin, takut tantangan, banyak mengeluh, tidak mengerti tanggung jawab dan berbagai sikap negatif lainnya, tapi mengharapkan kehidupan lebih enak. Jika komponen anak bangsa tidak mampu melepaskan diri dari "penyakit" miskin mental itu, maka jangan pernah bermimpi Indonesia akan bangkit. (Bali Post, 27 Mei 2008)

Penyakit Mental Endemik

Dari kutipan artikel ini, nampak jelas bahwa Andrie Wongso berani dengan tegas mengungkapkan adanya "penyakit" miskin mental yang selama ini menggerogoti masyarakat dan bangsa Indonesia. Semakin lama dan semakin melekat pada diri masyarakat Indonesia maka semakin hancur juga negeri tercinta kita Indonesia ini. Apakah Anda peduli dengan hal ini? Apakah Anda cinta dengan negeri Indonesia ini? Mungkin Anda tidak peduli terhadap masa depan dan hidup-matinya Indonesia tapi apakah Anda juga tidak peduli terhadap diri Anda sendiri?

Coba Anda perhatikan dengan jujur sekeliling Anda saat ini! Seberapa banyak orang-orang di sekitar Anda saat ini yang setiap hari selalu mengeluh ingin kehidupan yang lebih baik tapi tidak berusaha? Seberapa banyak orang yang mengatakan saya tidak mampu? Seberapa banyak orang yang putus asa dengan mengatakan saya sudah berusaha tapi memang saya tidak bisa? Seberapa banyak orang yang selalu memohon bantuan kepada orang lain? Seberapa banyak orang yang mengatakan tolong bantuin ini atau tolong bantuin itu? Seberapa banyak orang yang menyalahkan orang lain atas hal buruk / kegagalan yang dialaminya? Seberapa banyak orang yang MAU BERHASIL tapi TIDAK MAU BERGERAK?

Sebagai contoh nyata yang sederhana yang seringkali terjadi di kehidupan sehari-hari adalah:

Siti adalah mahasiswa jurusan Sejarah semester 3, ia diberikan tugas kuliah untuk memilih tokoh Sejarah yang legendaris dan pemikirannya masih eksis / tetap dapat digunakan pada kondisi saat ini. Siti mengalami kebingungan apa yang harus dijawabnya, dan apa yang harus ditulisnya. Akhirnya dia bertanya tanya pada temannya, "kamu ambil tokoh siapa? Kenapa milih dia? Emang apa pemikirannya? Kamu baca dari buku apa?" Setelah temannya itu sudah memberi tahu tokoh siapa yang dipilih hingga buku apa yang dibacanya maka Siti ikut membaca buku tersebut. Setelah itu ia akan bertanya lagi "Bagaimana cara kamu menjelaskannya?" Akhirnya Siti ikut memilih tokoh tersebut dan meniru penjelasan temannya itu. Setelah ia selesai mengerjakan, Siti datang ke salah satu temannya yang lain dan meminta temannya tersebut untuk membaca hasil kerja nya dan meminta pendapat temannya itu apakah sudah sesuai karena masih dirasa ada yang kurang. Ia meminta temannya tersebut untuk menuliskan komentarnya langsung di kertas hasil kerjanya tersebut, Siti juga mengatakan langsung diubah juga tidak masalah. Setelah temannya memberi komentar tersebut ia membetulkan kembali hasil kerjanya berdasarkan masukan dari temannya itu dan menyerahkan kepada dosennya hasil kerja tersebut.

Kemiskinan Mental

Menurut Anda apakah Siti itu miskin mental? Apakah Siti itu pemalas? Secara sepintas mungkin Anda merasa biasa saja dan mungkin juga Anda berpikir banyak yang melakukan hal seperti itu. Namun kalau Anda perhatikan lagi dengan seksama, Siti sebenarnya adalah orang yang miskin mental dan pemalas. Mengapa? Karena ia tidak mencari sendiri tokoh yang akan digunakan, ia tidak mencari sendiri buku yang akan digunakan sebagai sumber informasi (padahal ia bisa aktif mencari di perpustakaan ataupun browsing artikel atau jurnal maupun buku di internet via www.google.com ataupun www.yahoo.com) , ia tidak berpikir sendiri pemikiran si tokoh yang eksis / tetap bisa digunakan di era saat ini, ia tidak berpikir sendiri seperti apa ia harus memperbaiki hasil kerjanya berdasarkan masukan temannya, melainkan ia menyuruh temannya untuk menuliskan komentarnya dan juga perubahannya. Atas dasar semua ini maka Siti dikatakan sebagai orang yang korup*, korup apa? bukan korupsi uang tapi korupsi pemikiran dan karya orang lain. Siti sudah menjiplak pemikiran dan karya orang lain dan mengakuinya sebagai pemikiran dan karyanya sendiri dengan mengatasnamakan pekerjaan tersebut atas nama dirinya. Siti juga telah memanfaatkan orang lain demi kepentingannya sendiri. Ini termasuk ke dalam kategori orang yang miskin mental dan juga seorang pemalas.

Menurut Thesaurus Dictionary, korup / Corrupt diartikan sebagai: having or showing lowered moral character or standards. Sementara menurut Wikipedia, korupsi diambil dari bahasa latin: corruptio dari kata kerja corrumpere yang artiknya adalah: busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok).

Apakah Anda orang yang sejenis Siti? Apakah Anda orang yang malas jika harus bersusah payah melakukan sesuatu? Apakah Anda orang yang senang memanfaatkan orang lain untuk kepentingan Anda sendiri? Apakah Anda orang yang selalu menyalahkan orang lain atas kegagalan diri Anda, atas kemalangan diri Anda? Hanya Anda sendiri yang tahu jawabannya.

"Self pity is our worst enemy and if we yield to it, we can never do anything wise in this world"
- Helen Keller -
(American Author and Educator who was blidn and deaf. 1880-1968)

Pelecehan Diri

Jika seseorang memiliki mental miskin seperti ini maka sebenarnya orang tersebut sedang melakukan pelecehan terhadap dirinya sendiri, ia sedang menginjak injak harga dirinya sendiri. Mengapa? Karena orang ini tidak menghargai potensi yang dimilikinya sendiri. Sebenarnya setiap orang memiliki potensi untuk belajar, untuk berpikir, untuk berusaha, untuk bangkit dari kegagalan, untuk menghargai diri sendiri dan orang lain, serta untuk banyak hal positif lainnya. Semakin diasah maka potensi ini akan semakin tajam, semakin meningkat dan berkembang. Orang-orang yang punya mental miskin yang tidak menghargai dirinya sendiri, akan mengubur potensinya jauh di dasar tanah dan ditutup-tutupinya; sementara ketika orang lain bertanya "mana potensi kamu?", ia akan menjawab "saya tidak punya,saya tidak seberuntung kamu, saya tidak diberikan potensi itu, saya tidak sanggup", dstnya.

"Nothing can stop the man with the right mental attitude from achieving his goal;
nothing on earth can help the man with the wrong mental attitude."
- W. W. Ziege -

Dampak Nasional

Alhasil orang bermental miskin ini tidak akan mampu bertahan di dalam kehidupan, karena hidup menuntut seseorang untuk memiliki mental yang kuat, mental untuk terus maju dan berkembang, mental untuk mau terus belajar dengan mengandalkan dirinya, bukan orang dengan mental miskin yang mengandalkan bantuan orang lain / keadaan, yang bergantung pada orang lain / keadaan, dan menyalahkan orang lain / keadaan atas kegagalannya.

Jika konsekuensi dari manusia yang mental miskin adalah tidak mampu bertahan di dalam kehidupan, maka bayangkan jika di Indonesia dengan jumlah penduduk saat ini lebih dari 200 juta orang, 90% nya adalah orang-orang dengan mental miskin,maka seperti apakah kelanjutan bangsa Indonesia ini? Bangsa Indonesia juga tidak akan mampu bertahan dalam kehidupan ini bukan? Bangsa Indonesia akan terus dilanda kegagalan demi kegagalan. Bangsa Indonesia tidak lagi bangsa yang sejahtera karena semakin lama semakin terpuruk. Bangsa Indonesia akan terus tertinggal dari bangsa-bangsa lain. Apakah ini yang kita inginkan? Melihat Indonesia perlahan demi perlahan tenggelam?

Sadarkah Anda bahwa yang paling berperan besar dalam merusak bangsa Indonesia ini bukanlah dari luar melainkan dari dalam bangsa itu sendiri, yaitu dari mental masyarakat Indonesia sendiri.

Selamatkan dirimu sebelum menyelamatkan orang lain!

Apapun profesimu, studimu, kamu harus bisa going through it. Kalo di studi saja 'udah memble', 'udah dependent', bagaimana mau menolong orang lain? Kalau dari hal kecil saja sudah minta tolong sama orang lain, bagaimana mau menyelamatkan hidup orang lain ? kalao susah 'dikit aja udah aduh-aduhan' / mengeluh, bagaimana kalau di dipercaya untuk tanggung jawab yang lebih besar?

"Be faithful in small things because it is in them that your strength lies."
- Mother Teresa -

Siapa yang bisa menyelamatkan Indonesia dan menyelamatkan diri kita sendiri? Hanya diri kita sendiri bukan? Karena itu mulailah dari diri sendiri.

'Ngga usah pakai' herorisme yang semu, kalau ternyata 'ngga bisa' jadi hero buat diri sendiriĆ¢€¦patirotisme dan cinta tanah air nggak diliat dari tampilan luar atau aksi-aksi dari luar, tapi dari kontribusi yang bisa kamu berikan pada sekeliling kamu.

"Big jobs usually go to the men who prove their ability to outgrow small ones."
- Theodore Roosevelt -

Mulai dari hal-hal kecil setiap hari, mulai dari mengubah kebiasaan setiap hari, hargai diri sendiri, dan berikan teladan untuk orang lain terutama teladan untuk keluarga kita. Jangan hanya minta dibantu tapi bantulah terlebih dahulu diri sendiri, jangan lari dari konsekuensi buruk yang harus dihadapi tapi jadilah bertanggung jawab, jangan menghindar dari masalah tapi pandang dan hadapilah masalah sebagai tantangan hidup, jangan malas bergerak tapi teruslah belajar, jangan malas berubah tapi teruslah memperbaiki diri, dan hiduplah disiplin, serta jadilah diri sendiri yang bertanggung jawab.


"Character cannot be developed in ease and quiet. Only through experience of trial and suffering can the soul be strengthened, ambition inspired, and success achieved."

- Helen Keller -

"Happiness always looks small while you hold it in your hands, but let it go, and you learn at once how big and precious it is."
- Maxim Gorky -

Tidak ada komentar: